KETERSEDIAAN air bersih jadi permasalahan yang terjalin di bermacam area, tercantum Jakarta sampai dikala ini. Dosen IPB University di Unit Metode Awam serta Area Allen Kurniawan mengatakan, darurat air bersih di Jakarta ialah permasalahan yang lingkungan serta multidimensi. Beliau menekankan berartinya pendekatan yang global, sebab pengurusan air bersih tidak dapat terpisah dari pengerjaan kotoran serta kontaminasi.
“ Kala mutu air bersih menyusut, salah satu faktornya merupakan kontaminasi dari kotoran yang masuk ke tubuh air,” jelasnya diambil dari halaman sah IPB University, Pekan( 18 atau 8).
Beliau ikut menguraikan bermacam inovasi terkini dalam teknologi pengurusan air. Salah satu teknologi yang diulas merupakan pemakaian internet of things( IoT) buat monitoring dengan cara realtime, yang membolehkan kontrol serta pengaturan sistem air dengan lebih berdaya guna. Tidak hanya itu, beliau mengatakan teknologi penawaran air laut yang dipakai oleh Singapore selaku ilustrasi.
“ Singapore, dengan keterbatasan pangkal air, sudah mempraktikkan teknologi penawaran serta pengerjaan air hujan buat kurangi ketergantungan pada negeri orang sebelah,” tambahnya.
Ada pula nanoteknologi, walaupun belum seluruhnya diaplikasikan di negeri bertumbuh, beliau menarangkan kalau pemecahan pemurnian air dengan teknologi ini membuktikan kemampuan besar dalam menyortir jasad renik serta kontaminan dari air. Beliau menulis kalau teknologi semacam ini bisa tingkatkan mutu air dengan cara penting.
Allen menerangi perlunya kerja sama antara bermacam pihak dalam menanggulangi darurat ini.“ Berarti untuk penguasa, warga,
KETERSEDIAAN air bersih
akademisi, serta zona swasta buat bertugas serupa dalam menanggulangi permasalahan air bersih. Tiap pihak mempunyai kedudukannya tiap- tiap,” ucapnya. Beliau pula menekankan berartinya bimbingan warga semenjak dini mengenai pemakaian air yang irit serta berdaya guna.
Jakarta dikala ini amat tergantung pada cadangan air dari Tanggul Jatiluhur. Tetapi, tutur Allen, mutu air dari pangkal itu terus menjadi menyusut dampak kontaminasi.“ Kita butuh menilai serta membiasakan kebijaksanaan dan mempraktikkan teknologi yang lebih bagus buat menanggulangi permasalahan ini,” tegasnya